Harga Minyak Kembali Turun
Harga minyak turun di perdagangan Asia hari Jumat, melanjutkan penurunan tajam dari sesi sebelumnya dan trader menunggu kejelasan tambahan tentang rencana OPEC mengurangi produksi di masa depan, sementara kekhawatiran atas plafon utang AS membuat pasar tetap khawatir.

Harga minyak turun di perdagangan Asia hari Jumat, melanjutkan penurunan tajam dari sesi sebelumnya dan trader menunggu kejelasan tambahan tentang rencana OPEC mengurangi produksi di masa depan, sementara kekhawatiran atas plafon utang AS membuat pasar tetap khawatir.
Pasar minyak mengalami penurunan tajam hari Kamis, anjlok hampir 3% dan memangkas sebagian besar kenaikannya minggu ini setelah Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengharapkan tidak ada langkah baru dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) selama pertemuan 4 Juni.
Aksi penjualan minyak terus berlanjut bahkan ketika Novak mengklarifikasi bahwa OPEC masih terbuka mengurangi produksi lebih lanjut, menyusul langkah pemotongan pasokan yang mengejutkan di bulan April.
Komentar tersebut muncul hampir sehari setelah Menteri Energi Saudi memperingatkan agar tidak melakukan shorting harga minyak dan para spekulan yang akan dirugikan.
Perbedaan dalam sinyal-sinyal tersebut membuat seller bergegas menarik harga minyak dari level tertinggi tiga minggu, dengan kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan ekonomi juga menonjol setelah data isyaratkan resesi di Jerman.
Harga minyak Brent turun 0,5% ke $75,83 per barel, dan harga minyak WTI turun 0,4% ke $71,56 per barel pukul 08.57 WIB. Kedua kontrak tersebut akan mengakhiri minggu ini dengan sedikit naik.
Harga minyak membalikkan sebagian besar kenaikannya minggu ini karena kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan ekonomi sebagian besar mengimbangi tanda-tanda pengetatan pasokan AS dan meningkatnya permintaan bahan bakar di negara konsumen minyak terbesar di dunia itu.
Data hari Kamis menunjukkan Jerman, ekonomi terbesar di Eropa, memasuki resesi pada kuartal pertama akibatnya harga energi yang tinggi menekan belanja konsumen dan produksi industri.
Ketidakpastian atas plafon utang AS juga membebani sentimen jelang tenggat waktu gagal bayar utang AS pada 1 Juni, tatkala para anggota parlemen tidak memberikan indikasi pasti bahwa kesepakatan bipartisan sudah dekat.
Gagal bayar utang AS kemungkinan akan mendorong ekonomi ke dalam resesi dan berdampak luas pada perekonomian global. Dolar menguat ke level tertinggi dua bulan sejalan meningkatnya permintaan safe haven, yang selanjutnya menekan harga minyak.
Hal ini mayoritas terkait dengan kekhawatiran bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi akan menghambat permintaan minyak mentah tahun ini, yang telah membuat harga minyak tertekan hampir sepanjang tahun. Harga minyak diperdagangkan turun sekitar 6% sepanjang tahun 2023 ini.
Masalah gelombang COVID-19 baru di China juga membebani sentimen, di tengah peringatan bahwa kasus virus bisa mencapai puncaknya pada akhir Juni. Pasar mengkhawatirkan lebih banyak gangguan ekonomi di negara tersebut saat terus berjuang untuk pulih dari tiga tahun karantina wilayah COVID-19.
What's Your Reaction?






